Minggu, 12 Februari 2017

JATUH CINTA DENGAN PARIBAN



ALUR CINTA KU BERSAMA PARIBAN



 




 2010 adalah tahun yang pertama aku melihat mu , kamu datang dari pekan baru ( Riau ) untuk menjumpai Namboru ( mamanya ) di kampung sorkam yaitu tepatnya di Tapanuli Tengah, Sumut.  Aku sangat senang bisa berjumpa bersama dia. Dia adalah partalian sianturi paribanku. Pariban adalah Seorang anak laki-laki memanggil “pariban” kepada anak perempuan dari Tulang (Tulang berarti paman, saudara laki-laki ibu baik kakak maupun adik dari ibu), sebaliknya seorang perempuan menyebut “pariban” kepada anak laki-laki dari Namboru-nya (Namboru bisa berarti bibi/tante, saudara perempuan ayah.



Ketika dia datang dari pekan baru aku masih berumur 16 tahun tepatnya kelas 1 SMK dan dia berumur 27 tahun. aku  belum mengerti apa arti dari sebuah keseriusan. Sebelum dia datang,  Dia telah mengungkapkan perasaannya melalaui via telepon. aku menerimanya sebagai pacarku. Aku beranggapan, dia tidak serius dengan ucapanya karena perbedaan umur yang sangat jauh dan dia belum penah melihat ku setalah besar, mana mungkin dia mengatakan hal seperti itu jika dia ingin serius padahal belum kenal. Menurut ku itu mustahil, dia hanya mempermainkan ku.



Setelah paribanku sampai di kampung, aku berjumpa dengannya. hati ku begitu deg-deg kan, sehingga aku tak sanggup menatap wajahnya. Padangan mata nya begitu tajam melihatku yang membuat ku merasa takut melihatnya. Bau badannya sangat tidak enak di cium, munkin dia sudah 3 hari belum mandi. Jarak 5 meter dari dia bau itu masih terasa. Siapa saja yang dekat dengan dia pasi gak tahan. Lain dengan ku, entah kenapa aku menyukai bau tubuhnya, dan aku nyaman bersamanya.



Setelah beberapa hari dia berada di kampung, kami pergi kepantai binasi bersama dengan keluarga,  kami bermain air dan sesekali di memengang tanganku  dengan erat. aku sangat senang sekali walaupun itu hanya permainan dia saja. Dan sejak itu lah aku bahagia dan nyaman bersamanya. Aku tidak tahu apakah aku sudah jatuh cinta dengannya atau tidak, rasa sayang ku mulai tumbuh dengannya. Dan itu lah pertama kali aku benar- benar merasakan sebuah kebahagian dan tak terlupakan.



Setelah seminggu lamanya dia berada dikampung, dia harus pulang ke pekan baru. Sebelum dia pulang , dia menarik tanganku dan membawa ku  kekamar. Dia mencium ku dengan lembut dan aku juga membalas ciuman itu dengan tulus. Dia mengatakan sesuatu sambil memandang wajah ku dengan tajam. Dia ingin aku tetap miliknya. Aku tetap tidak percaya dengan omongan dia.  itu hanya sebuah pemainan belaka saja karna aku masih anak-anak yang belum mengerti dan dianggap boneka saja dalam pikiranku. Walaupun aku tak percaya dengan dia,  sepertinya aku mulai sayang dan cinta dengannya. Rasanya tak ngin berpisah dengannya.



Tepat jam 1 siang , dia bergegas pulang ke pekanbaru. Rasanya sedih sekali ditinggal kan olehnya. Tak ada kabar setelah dia sampai, setelah dia berada dipekanbaru selama 2 minggu baru dia menelpon aku dan setelah itu tidak pernah lagi selama 5 tahun. Dia memiliki pacar di pekanbaru dan begitu juga dengan aku, walaupun aku tak sepenuhnya menyayanginya.



Setelah sekian lama tak ada kabar di antara kami, kami dipertemukan lagi. Dia datang kemedan bersama dengan bosnya. Lima tahun lamanya tak berjumpa dan tidak ada komunikasian antara kami. Dan kini tiba-tiba berjumpa dan hati ku kembali deg-deg kan tak karuan. Kami habiskan semalam bersamanya tanpa tidur sedikit pun, kami melepaskan rindu yang sudah begitu lama. Walaupun rindu tak terobati secara tuntas karna pagi-pagi sekali dia  akan kembali lagi ke pekan baru. Perasaan ku kembali sedih lagi. Tak ingin lagi melepasnya. Tapi apa yang harus kuperbuat, aku tak berdaya. Selama perjalan pulang dia ngesemes aku “ I miss you “ .  aku sangat bahagia membaca sms seperti itu. walaupun bagi orang itu biasa saja bagi ku itu adalah sebuah kebahagian bagi ku. Saat  itu aku masih kuliah tepatnya masih semester 4.



Sebulan kemudian, aku memberanikan diri untuk menelpon dia . aku bertanya bagaimana kabarnya, apa yang dirasakannya, kami bercerita selama dua jam tak terasa bagi kami. Sehingga muncul pertanyaan ku boleh kah aku datang ketempat mu  pekanbaru? dia menjawab dengan senang hati akan kusambut diri mu disini pariban. Aku sangat  senang mendengar  jawaban tersebut. Selang beberapa hari dia menelpon aku untuk memastikan apakah aku jadi datang kesana atau tidak. Sebenarnya aku kurang yakin dan banyak pertimbangan- pertimbangan bagi ku untuk menjumpai seorang lelaki. Jika aku kesana apa yang terjadi pada diri ku.? Apa akibat atas perilaku ku?. Kemudian aku menjawab maaf pariban, aku gak bisa datang kesana berhubung aku masih ada jadwal kuliah dan aku masih menjalani hubungan dengan seseorang. Mendengar perkataan seperti itu pariban sangat marah kepada ku dan sempat mengungkapkan sebuah kata kepadaku “ apakah aku mengganggu mu?”. Kemudian aku menjawab” aku tidak terganggu sama sekali , hanya saja kita membatasi komunikasian kita karena aku sudah punya pacar”. “ oke ! aku tidak akan pernah menelpon mu lagi”. Mendengar perkataan seperti itu aku biasa saja mendengarnya karna ada hati yang dijaga walaupun aku tak sepenuhnya menyayanginya.



Seminggu kemudian dia menelpon aku, padahal dia sudah janji tidak akan menelpon aku lagi. Entah apa lagi yang mau di katakan. Dia curhat , sebenarnya dia sangat menginginkanku sebagai pacarnya bahkan lebih. dia kelihatannya sangat sungguh-sungguh menceritakan seperti apa  keinginan dan dirinya sebenarnya. Yahh....., aku tak begitu open sih dengan perkataannya. Walaupun aku tak begitu open, aku selalu kepikiran dengan kata-katanya. Mau tidur, makan, mandi, ngampus juga kepikiran,jadi pusing lah.



Tak seberapa lama, aku putus dengan pacar ku. Sejujurnya aku sudah bosan dengan aturan- aturan yang dia  buat dan  sangat cemburuan.  Rasa nyaman dan kebahagian tidak pernah aku dapatkan dari dia. Setelah putus dari dia rasanya lega banget, entah kenapa setelah putus tak sedikut pun rasa penyesalan yang timbul dari hati ku. Sepertinya aku sudah lepas dari perjara. Sejujurnya ku mengharapkan seorang pacar yang membuat ku tidak merasa bosan dan mengerti dengan keadaaan ku. Aku sangat mengharap kan itu dari paribanku karena rasa sayang ku belum pudar walaupun sudah lima tahun lamanya berpisah.



Tiga minggu kemudian, pariban ku menelpon lagi untuk memastikan apa aku jadi datang atau tidak. Aku menjawab “ya, aku akan datang kira-kira seminggu lagi menunggu minggu tenang”. Aku tidak mau mengorbankan kuliah ku hanya untuk bersenang-senang. Semua harus dipersiapkan tuk menghadapi seorang pariban yang umurnya jauh diatas ku. Walaupun begitu aku sudah memikikan itu.

b e r s a m b u n g .......